Multiple Intelligence

         BERBICARA tentang pendidikan, seringkali pikiran orang hanya terpusat pada dimensi akademis yang menjadi tolak ukur dalam kemajuan intelektualitas (IQ) anak didik. Padahal terdapat multi aspek yang terkait di dalamnya, mulai dari pekembangan psikologi anak hingga pembentukan karakter, pribadi yang kualitas.
Dalam rumusan UU Sisdiknas tahun 2003 ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Anak didik dan proses pembelajaran merupakan dua dimensi berbeda yang perlu disinkronisasikan secara holistik dan terpadu. Penyelarasan antara aspek pembelajaran dengan perkembangan anak didik akan membangkitkan motivasi dan gairah belajarnya. Menurut teori Multiple Intelligence, bahwa setiap anak memiliki aneka ragam kecerdasan, yaitu meliputi; bahasa, logika, musikal, visual atau spasial, kinestetik, intrapersonal dan interpersonal.
Selama ini, yang dianggap sebagai kecerdasan adalah melulu kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika (matematika), sedangkan yang lain dianggap tidak, atau sekurang-kurangnya “tidak berhubungan langsung”, dengan masalah kecerdasan. Menurut pakar psikologi, Howard Gardner, proses pembelajaran atau lebih dikenal dengan sebutan kata “mendidik” erat kaitannya dengan pelibatan semua elemen saraf dan potensi yang ada di alam jiwa anak itu.
Proses pembelajaran bukanlah sekadar masalah cara belajar, melainkan menyangkut cara terbaik bagi seseorang untuk menerima dan memahami informasi. Pada umumnya, orang belajar dengan membaca, tapi orang-orang tertentu dapat memahami lebih baik dengan cara mendengar atau mengamati. Ada juga yang senang berdiskusi dengan orang lain, tapi ada yang lebih cepat mengerti dengan cara melihat gambar atau bagan.
Dengan cara seperti itu berarti tidak ada anak yang tidak berbakat, semua pasti punya bakat, meski masing-masing anak bisa berbeda bakatnya. Bertolak dari realitas tersebut, kini metode pembelajaran diarahkan untuk pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, yang lebih dikenal dengan istilah sistem student center.
Melalui sistem student center diharapkan setiap anak didik aktif dalam kegitan pembelajaran materi, baik berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan model tersebut anak didik akan terangsang untuk mengasah kemampuan, pengalaman, ketrampilan dan kemandiriannya.
Hakikat dari tujuan pembelajaran adalah untuk menumbuhkan semangat belajar anak didik agar berkembang potensinya secara utuh. Melalui pembelajaran berbasis “Multiple Intelligence” ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kesenjangan “kecerdasan” pada pribadi anak didik.
Pendekatan “Multiple Intelligence” dapat diterapkan ke dalam setiap jenis mata pelajaran, baik bidang studi eksak (ilmu-ilmu pasti) maupun sosial, termasuk ilmu agama. Apalagi dengan berkembangnya sains modern dan kemajuan bioteknologi seperti saat ini, menuntut semua pendidik mampu mensinergikan nilai-nilai ontologi, epistemologi dan aksiologi terhadap ragam keilmuan yang ada. Sebab dari perspektif filosofis, tidak ada suatu keilmuan yang berdiri sendiri tanpa memiliki hubungan yang sinergis dengan ilmu lain.

          Teori Multiple Intelligence yang dikembangkan oleh Gardner ini, mendeskripsikan tujuh kecerdasan manusia dalam Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (2004), yaitu:

  1. Linguistic intelligence (kecerdasan linguistik) adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.
  2. Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika) merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis.
  3. Spatial intelligence (kecerdasan spasial) membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik.
  4. Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestik-tubuh) memungkinkan seseorang untuk menggerakan objek dan keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Misalnya kelihatan pada diri atlet, penari, ahli bedah, dan seniman yang mempunyai keterampilan teknik.
  5. Musical intelligence (kecerdasan musik) jelas terlihat pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme, dan nada. Misalnya pada seorang komposer, konduktor, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik juga pendengar yang sensitif.
  6. Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal ini terlihat pada guru, pekerja sosial, artis, atau politisi yang sukses.
  7. Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Misalnya terlihat pada ahli ilmu agama, ahli psikologi, dan ahli filsafat.

Jika kita tautkan ketujuh kecerdasan yang dimiliki manusia tersebut dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa “Sebaiknya Multiple Intelligence(multikecerdasan) digunakan dan diterapkan sebagai pendekatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.” Setiap manusia (peserta didik) tentu akan memiliki potensi yang sesuai dengan salah satu kecerdasan di atas. Dengan demikian, maka diharapkan salah satu potensi kompetensi dari peserta didik dapat muncul dan dapat dikembangkan.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Multiple Intelligence adalah adanya tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, dan kecerdikan seorang guru dalam memerhatikan bakat masing-masing siswa (peserta didik). Di dalam maupun di luar sekolah, setiap siswa harus berhasil menemukan paling tidak satu wilayah kemampuan yang sesuai dengan potensi kecerdasannya. Jika hal itu berhasil ditemukan oleh siswa dengan bimbingan guru, maka akan menimbulkan kegembiraan dalam proses pembelajaran, bahkan akan membangkitkan ketekunan dalam upaya-upaya penguasaan disiplin keilmuan tertentu. Penerapkan pendekatan Multiple Intelligence dalam pembelajaran, harus memerhatikan beberapa langkah, meliputi:

  1. Mengidentifikasi elemen-elemen Multiple Intelligence dalam program kurikuler dan ekstrakurikuler. Misalnya memasukkan program seni ke dalam kurikulum.
  2. Meninjau kembali sistem teknologi dan program piranti lunak untuk melihat kecerdasan-kecerdasan apa yang terabaikan.
  3. Para guru merenungkan kemampuan peserta didik, kemudian memutuskan untuk secara sukarela bekerjasama dengan rekan-rekan yang lain.
  4. Proses pembelajaran dengan tanggung jawab tertentu, bisa dipilih sebagai metode pembelajaran.
  5. Diskusi dengan orang tua siswa dan anggota masyarakat sehingga dapat membuka kesempatan-kesempatan magang bagi para siswa.

Di samping langkah-langkah di atas, sebagai upaya untuk memadukan pendekatanMultiple Intelligence dalam pembelajaran, perlu juga memerhatikan hal-hal berikut:

Persepsi tentang siswa harus diubah

Selama ini kita selalu memiliki persepsi terhadap siswa, bahwa siswa itu cerdas, rata-rata, dungu, dan lain-lain. Persepsi inilah yang harus diubah. Sebaiknya para pendidik memberikan perhatian kepada berbagai macam cara yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah-masalah mereka dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kita harus menerima bahwa siswa memiliki profil-profil kognitif dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Guru harus menyediakan kesempatan-kesempatan belajar yang kaya, mempertajam kemampuan-kemampuan observasi mereka, mengumpulkan informasi tentang bakat dan kegemaran siswa, serta mempelajari kecerdasan-kecerdasan yang tidak biasa.

2.    Guru membutuhkan dukungan dan waktu untuk memperluas daftar pengajaran mereka.

Jika proses pembelajaran ingin mencapai tujuan bahwa siswa harus memiliki pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang seimbang, maka jam belajar yang selama ini hanya cukup untuk menguasai pengetahuan saja harus diubah dengan memperluas jam belajar. Hal ini perlu dilakukan tiada lain untuk:
a. Memberi dukungan dan melakukan praktek.
b. Meminta guru tertentu yang memiliki kemampuan tinggi dalam sebuah kecerdasan untuk memberikan pelatihan.
c. Mengintegrasikan para spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu.
d. Mengunjungi lokasi-lokasi lain sebagai bahan perbandingan proses pembelajaran.

3. Pendekatan Multiple Intelligence dan pembelajaran

Kurikulum pada dasarnya berfokus pada pengetahuan yang mendalam dan pengembangan kemampuan. Dalam hal ini, pembelajaran tidak harus menekankan pengajaran melaui kecerdasan, tetapi yang harus mendapat penekanan adalah bahwa pembelajaran itu untuk kecerdasan atau penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan minat dan bakat siswa.

4. Diperlukan pendekatan baru terhadap proses penilaian

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas penilaian, yaitu:
a. Bagaimana menilai kecerdasan siswa;
b. Bagaimana meningkatkan penilaian secara umum dalam hal kognitif, apektif, dan psikomotorik;
c. Bagaimana melibatkan siswa dalam proses penilaian.

5. Praktik profesional menuju ke arah perkembangan

Tingkat profesionalime para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan yang dihadapi terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas, tepat dan sesuai dengan kompetensi siswa.

Pernyataan-pernyataan lain yang harus menjadi bahan renungan para guru, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Bagaimana guru, siswa, administrator sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat dapat memperoleh informasi yang memadai tentang kemampuan manusia serta implikasi-implikasinya bagi pendekatan-pendekatan baru di bidang pendidikan?
b. Bagaimana memasukkan strategi-strategi belajar dan mengajar yang mampu memenuhi kebutuhan seluruh siswa ke dalam program-program pengembangan pembelajaran?
c. Bagaimana menyesuaikan lingkungan sekolah agar dapat menawarkan program-program yang lebih kaya dan bervariasi?
d. Bagaimana mengembangkan persepsi kita tentang siswa?
e. Bagaimana memperluas data-data pengajaran dan penilaian?
f. Konsep-konsep apakah yang mesti dipelajari siswa?
g. Anggota masyarakat manakah yang dapat menjadi penasihat atau dapat memberi kesempatan magang?
h. Bagaimana para pendidik belajar untuk mengkombinasikan strategi-strategi pendidikan yang paling efektif dengan menggunakan teknologi yang paling praktis dan paling cerdas?

Sekelumit pembahasan ini menyimpulkan beberapa bahan renungan untuk para pengelola sekolah khususnya para guru, sebagai berikut:
1) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
2) Apa pun konsep kurikulumnya, pada dasarnya akan bertumpu pada; (1) penekanan ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, dan (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
3) Pengertian Multiple Intelligence dalam bahasa Inggris adalah; Multiple(maltip)berarti berbagai jenis, Intelligence (in’telijens) berarti kecerdasan. Multiple Intelligence merupakan suatu teori yang dikemukakan Gardner, 1983 dalam Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence (2004) dideskripsikan bahwa teori tersebut merupakan penguatan perspektif tentang kognisi manusia. Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan di mana ia dilahirkan.
4) Kegiatan pembelajaran pada akhirnya bermuara pada pencapaian suatu kompetensi tertentu dari peserta didik. Pendekatan Multiple Intelligence pun memandang bahwa seseorang/manusia memiliki beberapa potensi kecerdasan. Salah satu dari kecerdasan setiap peserta didik itulah yang harus dikembangkan, sehingga pada akhirnya menjadi suatu kompetensi yang dominan dikuasai peserta didik.

Sebagai harapan dalam rangka menunjang keberhasilan pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional, tidak ada salahnya apabila rekan-rekan seperjuangan dan seprofesi merenungkan hal-hal, sebagai berikut:
a. Meningkatkan rasa tanggung jawab kepada diri sendiri, masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara dalam rangka menjalankan tugas sebagai abdi bangsa dan negara.
b. Agar terus berusaha meningkatkan kemampuan dan wawasan tentang pendidikan, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada para siswa.
c. Memahami dan melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan di dunia pendidikan seiring dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Mengembangkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan kurikulum dalam rangka mengembangkan kegiatan pembelajaran.
e. Meningkatkan prestasi profesi sejalan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh lembaga pendidikan dan pemerintah, manakala kita mengabdikan diri.

disarikan dari berbagai sumber :

1. http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1329:pembelajaran-berbasis-multiple-intelligence&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210

2. http://atepjs.wordpress.com/2008/09/04/pendekatan-multiple-intelligence-dalam-pembelajaran/